Jangan Hanya Bisa Berbicara, Namun Bertindak Jugalah! (Pesan Gembala, 23 Juni 2024)

JANGAN HANYA BISA BERBICARA, NAMUN BERTINDAK JUGALAH!

2 Raja-raja 7:3 Empat orang yang sakit kusta ada di depan pintu gerbang. Berkatalah yang seorang kepada yang lain: “Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?

Diceritakan pada 2 Raja-Raja 6:24-33, di mana terjadi kelaparan yang sangat hebat di Samaria ketika Benhadad, raja Aram, dengan seluruh tentaranya mengepung Samaria. Sebuah kota apabila dikepung, maka sudah pasti tidak memungkinkan terjadinya arus keluar dan masuk baik penduduk maupun bahan makanan. Sebanyak apapun cadangan bahan makanan yang dimiliki kota tersebut maka akan ada masa mengalami kehabisan. Dan apabila habis, itulah yang dikehendaki pihak pengepung. Kota akan mudah untuk ditaklukkan tanpa melalui peperangan.

Sementara itu di pintu gerbang kota Samaria terdapat empat orang kusta. Berkatalah yang seorang kepada yang lain, bahwa mengapa mereka hanya duduk-duduk saja di situ dan tidak melakukan apa-apa. Seandainya mereka mencoba masuk ke dalam kota, hal itu tidak akan membawa manfaat bagi mereka, karena di sana sedang terjadi kelaparan. Dan apabila mereka duduk diam saja, hasilnyapun sama, mereka tetap akan mati juga. Akhirnya, mereka memutuskan untuk pergi menyeberang masuk ke perkemahan tentara Aram. Mereka memertimbangkan bahwa di sana masih ada peluang untuk tetap hidup.

Setibanya di sana, didapatilah bahwa perkemahan itu telah ditinggalkan penghuninya. Tuhan telah membuat tentara Aram lari ketakutan karena mendengar seolah-olah ada pasukan yang besar yang akan menyerang mereka. Mereka melarikan diri dan meninggalkan segala harta benda dan makanan di perkemahan mereka.

Masuklah mereka lalu makan dan minum. Sesudah itu mereka berpikir bahwa tidaklah baik apabila mereka menikmatinya sendiri. Maka singkat cerita, pergilah mereka untuk memberitahukan hal itu kepada raja. Setelah raja mengetahui apa yang telah terjadi, berbondong-bondonglah rakyat turut keluar dan menjarah makanan serta barang-barang berharga yang ada di perkemahan. Keesokan harinya, berubahlah keadaan. Harga-harga makanan kembali turun dan terkendali. Masalah kelaparan dapat diatasi.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Belajar dari sikap empat orang kusta yang menyadari bahwa apabila mereka hanya duduk-duduk diam di pintu gerbang dan hanya bicara membahas satu sama lain tentang apa yang sedang terjadi di kotanya, maka keadaan akan tetap sama. Demikian pula kita sebagai orang percaya, apabila kita hanya duduk diam dan tidak melakukan apa-apa atas problem apapun yang dihadapi, maka apapun problem yang terjadi tetap tidak akan terjadi perubahan apa-apa.

Apabila kita hanya bisa mengeluh tentang apa yang terjadi di bangsa kita, namun enggan untuk melakukan apa-apa, maka percayalah keadaan tidak akan pernah berubah. Kecuali apabila seberapapun dari kita yang mau bersepakat dan melakukan sesuatu dengan merendahkan diri kita lalu berdoa kepada Tuhan. Maka Tuhan akan mendengar, menjawab dan melakukan pemulihan dengan cara dan waktu-Nya yang ajaib. Sesuatu baru akan terjadi.

Hal yang sama, apabila kita rindu mengalami pemulihan di sektor keluarga dan rumah tangga, apabila kita hanya bisa mengeluh dan menyalahkan satu dengan yang lainnya, lalu berangan-angan ingin pulih tanpa melakukan apa-apa, maka percayalah keadaan tetap tidak akan terjadi apa-apa. Jangan sampai pengetahuan kita akan kebenaran firman Tuhan tentang kunci berbagai pemulihan hanya tersimpan sebagai ilmu pengetahuan semata-mata tanpa ada tindakan iman yang nyata, maka sebetulnya keadaan akan tetap sama tanpa ada perubahan yang signifikan.

Beberapa hal yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini agar menjadi orang yang tidak hanya sekedar berhenti di tahap berkata-kata, namun juga bertindak, karena Tuhan sudah perlengkapi kita dengan kebenaran, di antaranya adalah:

(1). Menjadi orang yang sigap untuk mengambil keputusan demi keputusan yang benar

2 Raja-raja 7:5 Lalu pada waktu senja bangkitlah mereka masuk ke tempat perkemahan orang Aram. Tetapi ketika mereka sampai ke pinggir tempat perkemahan orang Aram itu, tampaklah tidak ada orang di sana.

Perlu ditekankan kembali bahwa keempat orang yang masuk ke perkemahan orang Aram itu adalah bukan orang-orang seperti kebanyakan orang normal pada umumnya. Mereka adalah orang-orang kusta yang umumnya lebih memilih untuk duduk diam menyendiri lalu berseru-seru agar orang-orang menjauh dari mereka. Orang-orang yang mungkin lebih banyak terdapat luka di hati mereka karena sering dianggap sebagai orang-orang yang najis. Namun luar biasanya, mereka tidak mau menghabiskan waktu mereka dengan mengasihani diri dan tidak melakukan apa-apa. “Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati? (2 Raja-raja 7:3)

Kehidupan kita sebenarnya selalu mencakup berbagai rangkaian pilihan. Setiap hari kita harus memilih. Setelah kita memutuskan pilihan yang hendak kita ambil, kita kemudian harus melanjutkan dengan mengeksekusi atau melaksanakan keputusan itu. Keempat orang kusta itu diperhadapkan dengan serangkaian pilihan yang harus mereka putuskan. Pilihan pertama, mereka bisa masuk ke kota Samaria yang sedang dilanda kelaparan atau tetap tinggal di pintu gerbang kota Samaria, yang mana kedua pilihan itu akan membuat mereka mati. Maka mereka harus melanjutkan kepada pilihan yang selanjutnya, yaitu pergi ke perkemahan tentara Aram yang sedang mengepung kota Samaria. Apabila mereka pergi ke sana, juga terdapat dua kemungkinan pilihan, mereka bisa dibunuh, tetapi bisa juga mereka dibiarkan hidup. Selanjutnya, diperkemahan Aram pun mereka diperhadapkan pada dua pilihan, yaitu mengumpulkan harta dan makanan secara diam-diam untuk kepentingan mereka sendiri atau memberitahukan kabar baik itu kepada raja.

Demikian pula seharusnya kita saat diperhadapkan dengan berbagai pilihan yang menyangkut hari-hari ke depan kita, pilihlah dan bertindaklah sesuai dengan apa yang benar di hadapan Tuhan. Apabila sulit mengambil keputusan, tempatkan Kristus di posisi kita dan renungkan apa yang akan Dia lakukan. Lakukan sesuatu, jangan diam saja dan tidak melakukan apa-apa.

(2). Menjadi orang yang paham kapan Tuhan bertindak dan kapan kita bertindak

2 Raja-raja 7:6 Sebab TUHAN telah membuat tentara Aram itu mendengar bunyi kereta, bunyi kuda, bunyi tentara yang besar, sehingga berkatalah yang seorang kepada yang lain: “Sesungguhnya raja Israel telah mengupah raja-raja orang Het dan raja-raja orang Misraim melawan kita, supaya mereka menyerang kita.”

Tidak sedikit orang percaya masih memiliki keraguan, bahwa akankah Tuhan akan mendukungnya apabila ia melakukan suatu tindakan kebenaran. Ada pertanyaan yang timbul di hati, bahwa bagaimana seandainya tidak terjadi sesuatu atau bagaimana seandainya Tuhan tidak melakukan apa-apa. Dari cara pemikiran yang demikian akhirnya banyak yang memilih untuk menunggu Tuhan untuk terlebih dahulu melakukan sesuatu. Setelah yakin bahwa Tuhan melakukan bagian-Nya, barulah ia berani bertindak. Padahal cara kerja Tuhan tidaklah demikian. Ada bagian-Nya Tuhan, dan ada bagian yang harus dilakukan kita sebagai orang percaya.

Ketika Tuhan di zaman Yosua memimpin bangsa Israel menyeberang sungai Yordan, Ia memerintahkan para imam untuk memikul Tabut dan berjalan di barisan yang paling depan. Apabila sudah mendekati tepian sungai Yordan, maka kaki para imam diperintahkan untuk masuk ke dalam air. Bayangkan, bukan tindakan yang mudah bukan? Namun mereka melakukan apa yang harus dilakukan tanpa ada keraguan bahwa bagaimana sekiranya tidak terjadi sesuatu apabila mereka melakukannya. Hal yang sama, tanpa sepengetahuan keempat orang Kusta, pada waktu mereka mendatangi perkemahan tentara Aram, Tuhan telah melakukan bagian-Nya, yaitu mengusir segenap tentara Aram melalui suatu bunyi-bunyian tentara yang besar.

Mari jemaat Tuhan, apabila kita memahami cara Tuhan bertindak, maka sesungguhnya kita akan terus dibuat tercengang-cengang ketika kita berjalan bersama-Nya. Ada “bahasa” yang akan membuat kita selalu percaya bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita melakukannya sendiri. Nama “bahasa” tersebut adalah iman. Itulah sebabnya, ada relasi yang harus senantiasa kita jalin bersama dengan Tuhan. Selamat bertindak!

Tuhan Yesus memberkati!

Jangan Hanya Bisa Berbicara, Namun Bertindak Jugalah! (Pesan Gembala, 23 Juni 2024)

| Warta Jemaat |
About The Author
-