JALANI GAYA HIDUP ORANG BENAR
Kejadian 6:9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
Kisah tentang Nuh seorang yang dipercayakan Tuhan untuk membuat sebuah bahtera tidak sekonyong-konyong muncul dan berdiri sendiri begitu saja dalam Alkitab (ayat 9) sebagai suatu kisah klasik yang spektakuker, melainkan diawali dengan sebuah narasi terlebih dahulu di ayat-ayat sebelumnya, yaitu penjelasan tentang keadaan manusia di masa itu.
Ayat 5-8 menceritakan bagaimana Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia besar di bumi disertai dengan kecenderungan hati yang selalu membuahkan kejahatan. Atas apa yang Tuhan amati tersebut, menyesallah Tuhan bahwa manusia hasil ciptaan-Nya tersebut menjadi seperti itu.
Setelah pemaparan awal tentang kondisi manusia yang dilihat Tuhan pada waktu itu, penulis kemudian melanjutkan kepada pemaparan yang kedua, yaitu sebuah fakta yang sangat berbeda dengan keadaan yang pertama, dimana kali ini mata Tuhan tertuju kepada seseorang yang menjalani sebuah gaya hidup yang berbeda dengan manusia pada umumnya di zaman itu.
Ini adalah tentang seorang bernama Nuh yang dikatakan bahwa ia adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; pribadi yang hidup bergaul dengan Allah. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa seburuk-buruknya kondisi manusia yang ada di sekitar Nuh, atau se”barbar-barbarnya” sikap dan perbuatan manusia pada waktu itu, tetap ada manusia yang mampu menjalankan gaya hidup benar tanpa mesti terbawa oleh sekelilingnya.
Di zaman sekarang ada istilah yang disebut Personal Branding. Personal branding adalah bentuk impresi atau kesan yang dibangun seseorang (baik sengaja maupun tidak disengaja) agar ketika orang lain mendengar nama orang tersebut, maka itu akan merujuk kepada suatu persepsi tertentu atau citra tertentu tentang diri orang tersebut.
Disadari atau tanpa sadari, selama sekian puluh tahun kita menjalani hidup, kita telah meninggalkan banyak “jejak” yang mana orang dapat dengan mudah menyimpulkan tentang personal branding atau persepsi tentang diri kita. Orang-orang yang menilai tersebut bisa siapa saja. Bisa perusahaan tempat kita melamar kerja, orang-orang tertentu yang memang ingin mencari tahu, lingkup sosial, lingkup kehidupan gereja (apa yang jemaat, teman, rekan sepelayanan, ketua departemen, dan gembala simpulkan tentang diri kita), pasangan dan anggota keluarga, dan termasuk Tuhan yang memang Maha-mengetahui.
Dan luar biasanya, di mata Tuhan, Nuh telah meninggalkan suatu “personal branding” yang begitu mengesankan, yang tanpa disadari telah Nuh bangun sekian puluh bahkan ratus tahun hidupnya. Ini yang menentukan perlakuan Tuhan yang berbeda terhadap Nuh dibandingkan dengan orang-orang yang hidup di zaman Nuh pada waktu itu.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Sebagaimana halnya status kita sebagai orang percaya, Tuhan mau kita menampilkan atau menjalani suatu gaya hidup atau cara hidup benar sebagaimana seharusnya orang percaya (atau orang benar) jalani. Dan ini yang selanjutnya akan memengaruhi seberapa kuat atau seberapa besar pengaruh kita sebagai perwakilan sorga di bumi. Dan ini tidak bisa kita buat-buat.
Dunia dan alam roh akan melihat berbagai respon yang kita buat di tengah berbagai situasi yang kita hadapi, termasuk cara hidup yang kita jalani, itulah personal branding yang terbentuk tentang diri kita. Pertanyaannya, apakah itu sudah merepresentasikan diri kita sebagai warga Kerajaan Sorga atau hanya seorang warga-warga biasa lainnya? Dan hal itu juga akan memengaruhi seberapa kokoh pijakan kita sebagai orang percaya yang memiliki otoritas dalam Tuhan.
Menurut artikel dalam “The Power of Righteous Life” ada kuasa yang luar biasa apabila orang percaya menjalani gaya hidup orang benar. Minimal ada sepuluh area tanggung jawab yang harus dihidupi oleh orang percaya dalam menjalani gaya hidup orang benar, yaitu: Spriritual duties, Marital duties, Parental duties, Church duties, Family duties, Professional duties, Financial duties, Social duties, Personal duties, National duties.
Beberapa hal atau prinsip yang perlu kita pahami berkaitan dengan tanggung jawab kita sebagai orang percaya di bumi, di antaranya adalah:
(1). Menjadi rekan sekerja Allah yang setia (Spiritual duties)
Kejadian 6:22 Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.
Nuh dikatakan sebagai kawan sekerja Allah, karena ia menangkap bahwa ada tujuan Tuhan dibalik pembuatan bahtera yang Tuhan percayakan kepadanya. Tuhan mau membuat suatu keturunan yang baru untuk memenuhi bumi. Tuhan juga mau menyelamatkan segala jenis binatang agar nanti pada saat air bah datang binatang-binatang tersebut tidak menjadi punah. Dan Nuh mengerjakan semua tugas tersebut hari lepas hari dengan setia.
Apa yang dilakukan Nuh, merupakan gambaran dari kesetiaan dan ketaatan yang juga kita harus lakukan hari lepas hari meskipun kita belum memahami atau belum dapat melihat hasil apa-apa dari apa yang kita lakukan.
Pada dasarnya manusia itu memiliki “mentalitas transaksional” di dalam dirinya. Giat melakukan apabila ada hasil atau benefit bagi dirinya. Apabila belum melihat suatu hasil seringkali mulai membatasi diri untuk tidak mau terlalu giat lagi melakukannya. Padahal, apabila kita tahu bahwa kita adalah kawan sekerja-Nya Tuhan, mestinya yang kita lakukan harusnya berorientasi untuk keuntungan Tuhan dan Kerajaan-Nya tanpa memikirkan apa keuntunganya bagi diri kita.
Itulah personal branding yang tanpa disadari Nuh sedang membangunnya hari lepas hari. Disaat dunia sulit untuk menemukan orang yang setia dan taat, Nuh tetap membuktikan bahwa ia dapat menghidupinya.
(2). Menjadi pribadi yang memersiapkan generasi penerus (Family/Marital duties)
Kejadian 6:18 Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu.
Nuh menangkap maksud Tuhan, bahwa kalau Tuhan saja memersiapkan segala jenis binatang berpasangan (jantan dan betina) untuk diselamatkan agar nantinya berkembang biak di tanah yang baru, maka ia juga menangkap prinsip yang sama dimana iapun harus memersiapkan seluruh anggota keluarganya bukan saja untuk berkembang biak menjadi banyak, namun juga untuk menjadi pribadi-pribadi yang dapat menangkap maksud Tuhan di bumi dengan melakukan tugas atau pekerjaan yang Tuhan percayakan.
Sebagai pemimpin dalam keluarga, apabila Nuh tidak menanamkan nilai yang benar di dalam keluarganya, maka tidak mungkin isteri dan anak serta menantunya dapat sepakat melakukan hal sama dengan yang Nuh lakukan, yaitu membangun bahtera. Bahkan mereka dapat bertahan bersama-sama melakukan secara konsisten pembangunan bahtera setiap hari selama hampir seratus tahun.
Tidak mudah memang bagi isteri Nuh beserta dengan anak menantunya yang tidak menerima secara langsung perintah Tuhan untuk membangun bahtera dan menyelesaikannya, apabila bukan Nuh sendiri yang terus membangun iman anggota keluarganya tersebut secara terus menerus. Terbukti bahwa Nuh adalah seorang imam yang menjalankan fungsinya dengan baik.
Mari jemaat Tuhan, menjalankan gaya hidup orang benar bukan sekedar tidak berdusta atau rutin beribadah, namun sadar bahwa ada tanggung-jawab besar yang harus kita pikul dengan benar secara konsisten melingkupi diri pribadi, keluarga, gereja, kehidupan sosial, hingga kota dan bangsa. Nuh tanpa disadari terbukti telah membangun personal branding yangmembuatTuhan terkesan dan memercayakan dirinya untuk suatu tugas besar.
Tuhan Yesus memberkati!