Biarlah Terang Kristus yang Ada di Dalammu Mengalahkan Kekelaman yang Ada di Hadapanmu (Pesan Gembala, 5 Januari 2025)

BIARLAH TERANG KRISTUS YANG ADA DI DALAMMU MENGALAHKAN KEKELAMAN YANG ADA DI HADAPANMU

1 Yohanes 1:5-8 (5) Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.

Tuhan melalui pesan-Nya ini menyatakan bahwa ada suasana “temaram” atau “kelam” di hadapan jalan yang akan kita masuki di tahun yang baru. Ini merupakan gambaran dari keadaan yang terjadi di alam rohani. Artinya, keadaan alam rohani yang akan dimasuki bukanlah suatu situasi yang cerah dan mudah. Namun hal ini tidak perlu dikuatirkan karena seharusnya orang percaya memiliki keyakinan akan terang yang ada di dalam hidupnya. Dan terang itu berasal dari terang Kristus.

Namun sayangnya, terang Kristus yang seharusnya secara maksimal terpancar dari dalam diri orang percaya ternyata tidak sedikit yang masih terhalangi oleh sesuatu yang juga berasal dari dalam diri orang percaya itu sendiri, sehingga akibatnya terang yang ada di dalamnya kurang cukup terang untuk menembus kekelaman yang ada di depan tadi. 

Beberapa hal yang bisa menjadi penyebab mengapa terang yang ada di dalam diri orang percaya tidak terpancar dengan maksimal, di antaranya adalah: masih adanya trauma masa lalu (trauma yang terbawa dari masa kecil sampai dengan dewasa). Kehidupan masa lalu yang kurang baik bisa menyebabkan trauma-trauma tertentu, termasuk rasa rendah diri atau minder pada tidak sedikit orang percaya. Penyebab selanjutnya adalah adanya luka-luka yang belum sembuh. Luka yang belum sembuh akan mudah membuat diri penyandangnya semakin luka dan membuat orang lain menjadi luka pula. 

Atau penyebab lain bisa juga terjadi akibat salah melabeli diri, atau kena dilabeli oleh orang lain. Hari-hari ini banyak pelajaran yang melabeli orang secara salah. Kadang dalam kekecewaan tidak sedikit orang percaya turut melabeli orang lain atau anggota  keluarga dengan cap yang salah. Hal lainnya adalah kurang mawas diri, yaitu kurangnya merefleksi diri sehingga merasa diri selalu benar. Atau yang terakhir, bisa terjadi karena adanya semangat iring Tuhan yang telah mengendur. Bukankah firman Tuhan mengatakan, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan?

Oleh sebab itu, beberapa prinsip yang harus kita pahami agar sebagai orang percaya sungguh dapat memancarkan terang Kristus bahkan menerangi keadaan kelam yang ada di hadapan kita, di antaranya adalah:

(1). Memancarkan terang Kristus itu adalah tentang melakukan langkah, bukan sekedar pernyataan

1 Yohanes 1:7 Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.

NKJV: But if we walk in the light as He is in the light, we have fellowship with one another, and the blood of Jesus Christ His Son cleanses us from all sin.

Kata “hidup” dalam terjemahan bahasa Indonesia TB di dalam bahasa aslinya menggunakan kata “peripateo” yang artinya: berjalan, bersikap, membuat progress hari lepas hari. Tenses yang digunakan adalah present tense. Artinya, apabila kita berjalan hari lepas hari dengan Tuhan yang adalah sang terang, maka kita baru dikatakan memiliki persekutuan dengan Tuhan sang Sumber terang.

Ini berbicara tentang tindakan kebiasaan yang harus kita lakukan hari lepas hari untuk menghasilkan suatu kemajuan yang nyata. Sebagai contoh, apabila ingin hidup sehat, kita tidak cukup hanya dengan berkata “Aku ingin hidup sehat!” Kitalah yang harus mengambil keputusan untuk mengambil langkah melakukan tindakan hidup sehat tersebut. Ada tindakan nyata yang harus dilakukan.

Hal yang sama, apabila kita sebagai orang percaya menyadari bahwa masih memiliki trauma masa lalu, luka-luka yang belum sembuh, salah melabeli diri, kurang mawas diri seperti yang tadi disebutkan di awal, lalu hal-hal tersebut kita simpan begitu saja tanpa melakukan tindakan apa-apa lalu berharap tiba-tiba sembuh, maka hal itu tidak akan pernah terjadi sampai kita membawa perkara-perkara tersebut kepada sang Pemilik Terang untuk minta disembuhkan.

(2). Memancarkan terang Kristus dimulai dari sebuah keberanian untuk jujur

1 Yohanes 1:8-9 (8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Untuk mendefinisikan kata “jujur” mungkin semua orang bisa menjelaskannya, namun untuk jujur pada diri sendiri itu ternyata tidak mudah. Orang pertama yang seharusnya tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya adalah orang itu sendiri. Orang pertama yang tahu bahwa dirinya sedang tidak enak badan adalah dirinya sendiri. Kecuali apabila ia seorang anak kecil.

Hal yang sama juga mestinya berlaku untuk keadaan rohani. Orang pertama yang seharusnya mengetahui apabila memiliki kondisi rohani yang “kurang sehat,” maka orang itulah yang seharusnya menjadi orang pertama yang mengetahuinya. Setiap orang percaya harus memiliki kepekaan akan hal itu. Ada tolok ukur atau standar kebenaran yang setiap masing-masing setiap orang percaya seharusnya miliki. Panduannya tentu saja firman Tuhan.

Oleh sebab itu, mari jemaat Tuhan, jangan membiarkan keadaan tidak baik berlarut-larut terjadi di dalam diri kita atau di dalam rumah tangga kita seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sebagai orang percaya yang rindu memancarkan terang kemuliaan Tuhan, seharusnya kitalah yang menjadi orang pertama yang mengenali sekiranya ada sesuatu yang tidak beres di dalamnya. Yang Tuhan kehendaki adalah mengakuinya lalu kemudian mengambil keputusan untuk memerbaikinya. Maka percayalah ada terang Kristus yang dipancarkan dengan maksimal untuk mengalahkan segala kekelaman apapun yang ada di hadapan kita.

Tuhan Yesus memberkati!

Biarlah Terang Kristus yang Ada di Dalammu Mengalahkan Kekelaman yang Ada di Hadapanmu (Pesan Gembala, 5 Januari 2025)

| Warta Jemaat |
About The Author
-