Bersukacitalah di Tengah Berbagai Keadaan yang Dialami (Pesan Gembala, 1 September 2024)

BERSUKACITALAH DI TENGAH BERBAGAI KEADAAN YANG DIALAMI

Nehemia 8:11 Lalu berkatalah ia kepada mereka: “Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!”

Apabila kita perhatikan beberapa ayat di perikop ini, ada kalimat yang hampir sama yang diucapkan berkali-kali, yaitu kalimat “jangan bersusah hati” (NKJV.: do not mourn nor weep, do not sorrow, do not be grieved. AMP.: do not be worried). Apapun maknanya masing-masing, semua memiliki tujuan yang sama, yaitu ajakan supaya orang-orang pada waktu itu tidak menjadi bersusah hati.

Ada apa dengan bangsa Israel, sehingga mereka begitu sedih dan bersusah hati? Perikop Nehemia pasal 8 ini diawali dengan berkumpulnya orang-orang Israel di depan pintu gerbang Air. Di bawah kepemimpinan Nehemia, orang-orang Israel ini baru saja selesai mendirikan kembali tembok Yerusalem yang telah roboh (Nehemia pasal 1-7). Hal pertama yang mereka lakukan adalah meminta kepada Ezra, sang ahli kitab, supaya ia membacakan kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan Tuhan kepada Israel. Lalu dibacakanlah firman Tuhan di hadapan sekitar lima puluh ribu orang.

Semakin orang-orang Israel ini mendengarkan firman yang mereka dengar, semakin mereka bersedih hati. Mereka berduka atas dosa-dosa yang telah mereka perbuat. Firman Tuhan bagaikan palu yang menghantam ego dan kesombongan mereka yang begitu besar. Mereka merasa bahwa telah begitu banyak kebodohan dan perbuatan salah yang telah dilakukan di hadapan Tuhan. Akibatnya, mereka menjadi bersusah hati, seperti tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Bicara soal bersusah hati, berduka, kuatir, kesal, hari-hari ini tidak sedikit orang-orang mengalami berbagai kondisi hati yang demikian. Penyebabnya bisa karena berbagai hal. Bisa karena ada rasa bersalah atas keputusan salah yang pernah dilakukan, hati yang merasa lelah dengan berbagai keadaan yang masih belum ada perubahan yang berarti, atau hati yang terasa letih ketika melihat belum adanya perubahan atas diri orang yang kita harapkan dapat berubah. 

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Tuhan mengetahui kondisi hati setiap umat-Nya. Kalau pesan-Nya dikatakan “Bersukacitalah di tengah berbagai keadaan,” maka sepertinya Tuhan mendapati adanya kondisi-kondisi hati yang belum terlalu mengalami sukacita akibat berbagai keadaan. Ada ketidaktenangan yang disadari maupun yang tidak disadari, ada kesedihan yang berlarut-larut tanpa tahu persis penyebabnya, atau mengkhawatirkan sesuatu yang sebetulnya tahu bahwa tidak perlu dikhawatirkan, namun kuatir. Akibatnya, hati menjadi susah, dan lain sebagainya.

Kabar baiknya adalah Tuhan lewat pesan-Nya ini mau memulihkan bahkan melindungi kondisi setiap anak-anak-Nya. Karena di dalam sukacita-Nya ada kekuatan Tuhan yang luar biasa yang Tuhan siap alirkan. Bahkan di ayat 11 tadi dikatakan sukacita karena Tuhan adalah perlindunganmu. Kata perlindungan yang digunakan adalah ma’owz yang artinya kekuatan, benteng perlindungan (fortress) atau kota perlindungan bagi kita umat-Nya. Umat Israel pada waktu itu paham sekali tentang pentingnya tembok perlindungan bagi sebuah kota. Bukankah mereka baru saja menyelesaikan pembangunan tembok Yerusalem.

Oleh sebab itu, beberapa prinsip yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan tentang sukacita ini agar kita selalu terjaga aman di dalam Tuhan, di antaranya adalah:

(1). Sukacita dapat dialami apabila kita memahami darimana sumber sukacita itu berasal.

Neh. 8:11b …Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!”

Kondisi dunia dimana kita berada saat ini bagaikan “lorong” yang dingin dan gelap, dimana apabila kita melaluinya dengan hati yang bersusah, maka lama kelamaan rasa dingin akan mulai menguasainya. Berbeda apabila kita sungguh-sungguh terhubung dengan Tuhan, sang sumber kobaran dan sumber sukacita, maka kasih di dalam kita tidak akan menjadi dingin. Ada kehangatan kasih yang senantiasa terpancar. Apapun kondisi yang terjadi di sekeliling kita, tidak akan membuat kita menjadi orang-orang yang bersusah hati. Karena susah hati jelas tidak produktif dan sama sekali tidak dapat mengerjakan sesuatu yang luar biasa.

Ketika Rasul Paulus berada di Filipi, lalu gara-gara mengusir roh tenung yang ada pada seorang perempuan, maka ia harus ditangkap dan dipenjarakan. Apakah kemudian ia lantas menjadi kehilangan sukacita? Ternyata tidak. Ia sadar bahwa Kristus bertahta di hidupnya, dan ia juga sadar bahwa ia berada di Filipi karena tuntunan Tuhan yang berbicara sejak semula kepadanya.

Maka meski ia berada kondisi yang buruk, ia tetap percaya akan kehadiran Tuhan dalam dirinya. Dan itu tidak dapat menghalanginya untuk memuji-muji Tuhan. Maka tengah malam ia menaikkan puji-pujian, lalu terjadilah sesuatu yang dahsyat.

(2). Sukacita di dalam Tuhan dialami ketika kita mengakui dan menganggap bahwa Tuhan kita lebih besar dari segala sesuatu

Nehemia 8:7 Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah.

Ketika firman Tuhan selesai dibacakan, lalu Ezra dan segenap bangsa Israel sujud menyembah dan memuji Tuhan mereka bukti bahwa Tuhan yang disembah kuasa-Nya jauh lebih besar dari segala sesuatu. Hal ini membuktikan bahwa betapa mereka semua sangat menghormati firman Tuhan dan pribadi Tuhan itu sendiri. Mereka menyadari bahwa kata demi kata yang tertulis dalam Kitab yang mereka dengar mengandung kuasa yang begitu luar biasa.

Kalau firman-Nya saja sudah begitu dahsyat apalagi Tuhannya! Yesus adalah Firman yang menjadi manusia. Ini yang membuat kita orang percaya seharusnya begitu bergairah pada waktu kita menyadari hal ini. Sesuatu yang sebelumnya mungkin tidak semua orang percaya memahaminya, kini kita menyadarinya.

Apabila kita telah mengetahui betapa perkataan firman-Nya sebagai sesuatu yang dahsyat, mestinya hal itu tidak membuat kita menjadi kuatir dan bersusah hati sehingga kehilangan sukacita. Yang seringkali membuat orang percaya kehilangan sukacita adalah ketika orang percaya tidak yakin dengan apa yang Tuhan katakan, padahal Tuhan tidak pernah lalai dengan apa yang Ia katakan.

Mari jemaat Tuhan, lewat pesan-Nya ini Tuhan sedang mengajarkan bahwa sukacita yang sejati tidak bergantung pada situasi apapun yang mungkin sedang dihadapi. Sukacita yang sejati timbul ketika orang percaya mengijinkan Tuhan memerintah di hidupnya dan menaruh perhatian serta menghormati segala kebenaran firman yang didengarnya. Ketika sukacita timbul, terjadilah kekuatan dan rasa aman di dalam hidup orang percaya. The joy of the Lord is our strength!

Tuhan Yesus memberkati!

Bersukacitalah di Tengah Berbagai Keadaan yang Dialami (Pesan Gembala, 1 September 2024)

| Warta Jemaat |
About The Author
-