Bersandarlah pada Kekuatan Tuhan, Bukan pada Kekuatan Diri Sendiri! (Pesan Gembala, 9 Juni 2024)

BERSANDARLAH PADA KEKUATAN TUHAN, BUKAN PADA KEKUATAN DIRI SENDIRI!

1 Petrus 5:6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya

Bukan tanpa alasan apabila rasul Petrus mengajarkan orang percaya untuk belajar merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat. Bagi Petrus perkataan ini sangatlah penting, karena ia pernah memiliki pengalaman pahit masa lalu yaitu pernah menyangkal Yesus. Sebuah kejatuhan yang tidak main-main. Penyangkalannya terhadap Yesus tersebut telah sangat menyentuh hatinya. Bayangkan, beberapa jam sebelum peristiwa penyangkalan, Petrus telah sesumbar di hadapan Yesus dan murid-murid lainnya bahwa ia tidak akan pernah menyangkal Gurunya.

Ia berani berkata bahwa sekiranya para murid semua tergoncang imannya karena Guru mereka, maka ia sekali-kali tidak akan pernah tergoncang. Bahkan Petrus menambahkan bahwa sekalipun ia harus mati bersama-sama Yesus, ia takkan pernah menyangkal. Dan pada kesempatan itu Yesus menegaskan kepadanya bahwa malam itu, sebelum ayam berkokok, ia telah menyangkal Dirinya tiga kali.

Padahal Petrus telah benar-benar yakin bahwa dia tidak akan pernah menyangkal Yesus. Bahkan ia telah mengikrarkan janji setia, bahkan setara dengan sebuah sumpah, bahwa ia akan tetap setia kepada Sang Guru. Untuk memerkuat posisi dan janjinya tersebut, Petrus bahkan membandingkan dirinya dengan murid-murid yang lain. Ironisnya, kelemahan Petrus dimulai ketika ia berpikir bahwa ia kuat.

Beberapa jam kemudian setelah itu, Petrus gagal. Padahal Yesus sebelumnya sudah memberikan solusi kepada para murid di taman Getsemani terhadap masalah yang akan masing-masing murid hadapi, yaitu agar mereka berjaga-jaga dan berdoa, supaya mereka tidak jatuh ke dalam pencobaan. Satu hal yang menarik bahwa ketika Yesus mengatakan hal itu, Ia justru sedang berdoa meminta kekuatan kepada Bapa di Sorga agar Ia dimampukan untuk “meminum cawan yang harus diminum-Nya,” sementara murid-murid lebih memilih untuk tidur, karena merasa diri kuat.

Dari peristiwa ini kita mestinya belajar bahwa kita membutuhkan lebih dari sekedar tekad yang kuat, lebih dari sekedar kata-kata positif agar bisa berdiri kokoh. Kita memerlukan doa yang sungguh-sungguh, dimana kita harus bergantung pada Tuhan, bukan sekedar pada komitmen atau tekad yang hanya sekedar diucapkan oleh mulut. Tekad yang kuat tidak cukup untuk membuat kita tetap kuat dalam menghadapi realitas pencobaan.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Yang pertama, Tuhan ingin kita sebagai orang percaya mengandalkan diri kita kepada kekuatan Tuhan lebih dari sekedar mengucapkan kata-kata semangat atau ucapan kata-kata hebat yang positif yang hanya sekedar keluar dari mulut. Bukan artinya tidak boleh mengucapkan perkataan-perkataan yang demikian, tetapi lebih dari hanya sekedar mengucapkan di mulut namun jauh dari aplikasi nyata. Tuhan mau kita menjadi orang-orang yang mampu memenangkan fase demi fase dari perjalanan hidup yang dihadapi.

Salah satu kelemahan dari banyak manusia termasuk orang percaya adalah ketika ia merasa bahwa ia dapat melakukan banyak hal dengan kekuatannya. Di pekerjaan ingin semua beres dan berhasil, rasanya semua orang terlalu lamban dan salah. Di pelayanan ingin semua terlihat baik, hanya aku yang paling semangat dibandingkan orang lain. Di kehidupan rumah tangga ingin segala sesuatunya berjalan dengan baik dan berharap semua orang dapat melakukan seperti yang aku lakukan. Namun seringkali tidak sedikit yang akhirnya menjadi kecewa bahkan kelelahan sendiri atau burned-out lalu mengalami kekeringan. Orang yang demikian akhirnya menjadi orang yang tidak sabar dengan semua orang, terutama dengan pasangan. Kehilangan sukacita. Mengapa hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

Beberapa hal yang perlu kita pahami agar kita menjadi orang percaya yang sungguh berjalan dalam kekuatan Tuhan. Beberapa di antaranya:

(1). Menyadari bahwa kita diciptakan untuk bersandar pada kekuatan Tuhan

1 Petrus 5:6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.

Ingat bahwa kita tidak diciptakan untuk bersandar kekuatan sendiri. Kita didesign dan diciptakan untuk bersandar pada kekuatan Tuhan. Untuk dapat mengasihi Dia dan mengasihi sesama dengan baik. Untuk mencapai apa yang Tuhan kehendaki, bukan apa yang kita inginkan. Yang dibutuhkan adalah datang pada Tuhan (running desperately to God). Spend waktu bersama Tuhan. Itulah habitat kita sebagai orang percaya. Katakan bahwa aku tidak mampu, aku butuh kekuatan-Mu, aku butuh perkataan-Mu Tuhan. Ingat, apa yang Yesus katakan kepada Marta? Lukas 10:41-42 …”Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Maria memilih duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan Yesus.

Kadang tidak sedikit orang percaya sibuk dengan membuat orang lain terpukau, seperti “gaya Petrus” pada saat sebelum ia menyangkal Yesus. Orang dibuat terpukau oleh kata-kata yang diucapkannya bahwa aku hebat, aku bisa melakukan ini dan itu, aku sekolah tinggi, IPK-ku tinggi, aku belajar theologi, aku pintar, dulu aku bisa ini dan itu, aku hebat dan orang lain tidak, sehingga akibatnya tidak sedikit orang seperti ini suka merendahkan orang lain. Namun lupa untuk datang dan membuat Tuhan terpukau dengan merendahkan diri di hadapan-Nya serta berkata: “Tuhan aku perlu Engkau, aku perlu kekuatan-Mu. Apa yang Engkau ingin aku lakukan supaya Engkau ditinggikan?” Seringkali kita lupa, bahwa lampu sorotnya itu untuk Tuhan, bukan untuk kita.

(2). Menyadari dan mengakui bahwa cara Tuhan adalah yang terbaik

1 Petrus 5:10 Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.

Apabila kita perhatikan ayat ini, betapa Tuhan itu tidak kikir. Ia dikatakan akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita, sesudah kita menderita seketika lamanya. Artinya, waktu kita sebagai orang percaya mau merendahkan diri kita di bawah tangan Tuhan yang kuat, dan mengakui bahwa cara yang kita gunakan selama ini tidak berhasil, kini kita datang kepada Tuhan hendak meminta kekuatan dan tuntuntan dari Tuhan. Maka apa yang akan Tuhan lakukan? Ia akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita. Asalkan kali ini yang digunakan adalah cara-Nya Tuhan.

Pesan Tuhan yang kedua adalah bahwa Tuhan telah banyak memberikan jalan keluar atau solusi kepada kita sebelum kita menyadarinya. Hanya sayangnya, tidak sedikit orang percaya yang tidak memerhatikannya.

Apabila kita ingat pesan Tuhan minggu lalu, di situ dijelaskan bahwa ada sesuatu yang Tuhan sedang tumbuhkan bagi kita. Artinya, jauh sebelum kita menyadari, Tuhan sudah banyak memberikan jalan keluar kepada kita bahkan dikatakan Ia sedang menumbuhkannya. Tidakkah kita rindu sesuatu yang luar biasa terjadi atas keluarga atau rumah tangga kita yang mana itu akan membukakan banyak pintu berkat lainnya? Dan tahukah kita bahwa  Tuhan sudah berulangkali memberikan solusi tentang pentingnya masing-masing anggota keluarga bertanggung jawab untuk melakukan fungsinya. Namun tidak sedikit yang tidak memerhatikannya dan lebih memilih berjuang dengan kekuatan sendiri.

Mari jemaat Tuhan, pesan Tuhan bagi kita ini bukan sekedar memeringatkan kita agar tidak bersandar pada kekuatan diri kita sendiri semata-mata, namun Tuhan juga sedang memberikan kunci bagi kita untuk menjalani hidup yang berkemenangan asalkan kita mau mengambil keputusan untuk mulai menggunakan cara Tuhan dimana Tuhan telah terus menerus memberikan arahan-Nya.

Tuhan Yesus memberkati!

Bersandarlah pada Kekuatan Tuhan, Bukan pada Kekuatan Diri Sendiri! (Pesan Gembala, 9 Juni 2024)

| Warta Jemaat |
About The Author
-