Berjalan Dalam Kepala Yang Tegak (Pesan Gembala, 08 September 2019)

Mazmur 27:1-6 (6) Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN. 
 
Pernahkah kita melihat sebuah tim sepakbola bersama para supporternya ketika tim mereka berhasil memasukkan beberapa gol pada gawang lawan di menit-menit terakhir, sehingga membalikkan keadaan, yang tadinya kalah menjadi sebuah kemenangan. Mereka akan melakukan berbagai tindakan selebrasi untuk meluapkan kegembiraan mereka. Ada yang bertepuk tangan, ada yang berdiri sambil melompat-lompat, ada pula yang berpelukan antar teman sambil tertawa-tawa gembira. Mereka senang, karena tim mereka menang. 
 
Dan kita dapat membayangkan seperti apa cara mereka berjalan ketika mereka meninggalkan stadion tempat pertandingan? Baik pemain maupun para supporter pasti akan berjalan dengan kepala yang tegak memandang ke depan dengan dada yang sedikit dibusungkan, bukti bahwa mereka sangat bangga dengan kemenangan yang mereka raih. Tidak ada seorang pemenang yang berjalan dengan kepala tertunduk. Hanya tim yang kalahlah yang berjalan dengan kepala yang tertunduk lesu dan malu. 
 
Daud, sang pemazmur, pernah mengalami masa-masa ketakutan, dimana orang-orang yang memusuhi dirinya berusaha mengejar-ngejar hendak membinasakannya. Bagi Daud hal ini tentu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi. Seorang diri ia berusaha untuk lari menghindar dari kejaran orang-orang yang tidak segan-segan untuk membunuhnya, bahkan dalam mazmurnya tersebut ia mengatakan para pengejarnya adalah orang-orang yang hendak memakan dagingnya. Hal ini menjadi bertambah berat bagi Daud, karena ia dikejar-kejar bukan karena suatu kesalahan. Ia hendak dibinasakan hanya karena seseorang cemburu terhadap dirinya. 
 
Karena begitu berambisinya Saul hendak membinasakan Daud, ia pernah sesumbar mengatakan bahwa sekiranya seluruh Yehuda mendukung Daud, ia akan tetap mencari Daud di tengah-tengah suku Yehuda. Pasukan Saul begitu besar, bahkan dengan seluruh Yehuda berada di belakang Daud pun dia tetap jauh lebih kuat. Di tengah-tengah kondisi yang demikian, tidak ada yang dapat dilakukan Daud selain mencari tempat persembunyian. Dan bagi Daud, tidak ada tempat persembunyian yang paling aman selain di hadirat Tuhan. Disanalah ia menyadari bahwa bersama Tuhan ada kekuatan yang baru, dan keyakinan bahwa Tuhanlah yang berperang ganti dirinya. 
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Tuhan melihat masih banyak didapati orang-orang percaya yang berjalan dalam “kepala yang tertunduk lesu.” Bukan semata-mata karena postur tulang tubuhnya yang tidak cukup kuat untuk menopang kepalanya secara fisik, melainkan karena secara spiritual merasa terlalu berat beban-beban yang menekan dirinya, sehingga kadang merasa berat untuk berjalan maju dengan “kepala yang tegak.” 
 
Orang-orang yang “kepalanya tertunduk lesu” adalah orang-orang yang merasa dirinya terlalu berat untuk mengambil otoritas atas berbagai situasi yang telah menimpanya dan membiarkan keadaan menguasai dirinya. Sekalipun musuh berkemah mengepung dirinya, Daud memilih untuk membiarkan kuasa Tuhan bekerja dan cara-cara Tuhan dalam menghadapinya. 
 
Melalui pesan-Nya ini, Tuhan menghendaki orang-orang percaya berjalan dengan “kepala yang tegak terangkat.” Dan yang membuat  orang percaya dapat berjalan secara demikian adalah karena:
(1). Memiliki rasa aman di dalam Tuhan. 
 
Maz. 27:5 Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. 
 
Pada waktu Daud mengatakan bahwa Tuhan melindungi dan menyembunyikan dirinya dalam pondok-Nya pada waktu bahaya apakah artinya keadaan Daud sudah terbebas dari kejaran dan kepungan musuh-musuh yang hendak membinasakannya? Apakah Daud sudah terbebas dari masalah? Ternyata belum. Orang-orang yang besar jumlahnya itu masih saja terus memburunya. Bukankah apa yang ditulis Daud dalam Mazmurnya tersebut bertolak belakang dengan kenyataan? Bukan demikian. Daud sedang tidak berbohong. Daud sedang mengungkapkan keadaan hatinya. Meski masalah mendera, namun ada rasa aman sejati di hatinya, yaitu rasa aman karena Tuhan menjaga hidupnya. 
 
Sadar atau tidak, tiap manusia membutuhkan rasa aman. Itu adalah salah satu kebutuhan mendasar dalam kehidupan manusia. Jika ia tidak memilikinya, maka ia akan berjuang untuk menemukannya. Rasa aman terbukti telah menjadi salah satu hal yang membuat kehidupan manusia menjadi stabil (tidak goyah). Hanya sayangnya, banyak manusia termasuk orang percaya mencoba menggantungkan rasa amannya pada sesuatu yang tidak kekal. Tidak salah mempunyai banyak uang dan teman-teman di sekeliling kita, namun bukan hal-hal itu yang membuat kita menaruhkan rasa aman kita. Kristus di dalam kitalah yang seharusnya menjadikan rasa aman sejati di dalam kita. 
 
(2). Memiliki iman yang disertai dengan tindakan iman. 
 
Maz. 27:6  Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN. 
 
Di tengah situasi yang masih mengancam dirinya, Daud sibuk mempersembahkan korban bagi Tuhan disertai dengan sorak sorai, nyanyian dan mazmur bagi Tuhan. Daud belajar untuk mengenal dan mengalami Tuhan. Fokus pandangan Daud sungguh-sungguh tertuju pada keberadaan Tuhan yang tidak terlihat oleh mata jasmaninya, namun nyata hadir di dalam hidupnya. Fokus pandangan Daud tidak terfokus lagi pada besarnya masalah yang jelas-jelas terlihat. Ini yang membuat Daud dapat menegakkan kepalanya tanpa disertai rasa kuatir oleh keadaan yang dihadapinya. 
 
Daud sedang memeraktekkan iman yang disertai dengan tindakan nyata. Daud tidak sekedar mengobral perkataan mulutnya kepada orang-orang bahwa ia beriman kepada Tuhan. Apa yang Daud lakukan adalah ia mendeklarasikan imannya melalui suatu tindakan benar. Itulah yang sesungguhnya dikatakan beriman. Iman tanpa disertai perbuatan adalah mati. Iman sejati dalam Kristus adalah iman yang tanpa disertai rasa ketakutan, iman yang tanpa “bisik-bisik” (iman sambil menaruh harap pada pertolongan manusia), dan iman yang disertai tindakan yang mengasihi Tuhan. 
 
Mari jemaat Tuhan, lewat pesan-Nya ini Tuhan sedang mengatakan bahwa orang-orang percaya yang berjalan dengan kepala yang tegak terangkat akan dapat berjalan menyelesaikan fase demi fase kehidupannya dengan baik sekalipun tantangan mungkin menghadang, dan orang-orang ini akan menyelesaikan pertandingan imannya dengan tersenyum. Selamat bertanding benar! 
 
Tuhan Yesus memberkati! 

Berjalan Dalam Kepala Yang Tegak (Pesan Gembala, 08 September 2019)

| Warta Jemaat |
About The Author
-