Banyak Cara Tersedia, Gunakan Cara Tuhan! (Pesan Gembala, 4 Mei 2025)

BANYAK CARA TERSEDIA, GUNAKAN CARA TUHAN!

2 Raja-raja 5:10 Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.”

Setiap orang percaya menyadari betapa pentingnya hidup dalam rencana Tuhan. Namun tidak jarang yang terjadi adalah sebaliknya, orang percaya malah menjauh dari rencana Tuhan. Penyebabnya, karena terlalu berfokus pada rancangan yang dibuatnya sendiri; sibuk merancang berbagai macam hal “ini dan itu” tetapi tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Sehingga ketika hasil yang telah disusun tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka tidak jarang hati kecewa kepada Tuhan.

Sebagai manusia, kita memiliki berbagai pilihan bebas, keinginan, dan ditambah pula di sekitar kita banyak tersedia berbagai sarana penunjang. Namun justru dengan banyaknya pilihan ini si orang percaya malah “terlena” dengan pilihan-pilihan tersebut. Firman Tuhan di Yesaya 55:8-9 sudah menyatakan dengan jelas bahwa jalan kita bukan jalan-Nya Tuhan. Rencana-Nya beda dengan rencana kita.

Adalah seorang bernama Naaman yang adalah seorang panglima pasukan raja Aram. Ia menderita suatu penyakit yang tak tersembuhkan, yaitu sakit kusta. Pada suatu hari, ia mendapat masukan dari seorang hamba perempuannya agar ia sebaiknya mencari kesembuhan dari seorang nabi dari tanah Samaria di Israel.

Maka atas dukungan raja Aram, pergilah Naaman menemui raja Israel. Dan melalui raja Israel datanglah ia menemui nabi Elisa. Tanpa keluar dari rumahnya, Elisa menyuruh bujangnya untuk mengatakan kepada Naaman agar ia pergi mandi tujuh kali di sungai Yordan, nanti tubuhnya akan menjadi pulih kembali. Sebetulnya ini merupakan sebuah saran atau perintah yang sangat sederhana.

Namun perintah untuk mandi ke sungai Yordan tersebut justru membuat Naaman menjadi marah. Ia berharap setidaknya Elisa ke luar dari rumahnya dan berdiri memanggil nama Tuhan, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit itu dan tiba-tiba penyakit kustanya hilang. Itu ekspektasi dari Naaman.

Kadang seperti itulah sifat manusia. Untuk sesuatu yang sederhana yang Tuhan perintahkan malah kepingin yang sulit-sulit dan spektakuler. Namun, untuk hal-hal yang dianggap sulit, seperti misalnya melepaskan pengampunan, bertekun mencari Tuhan, beribadah, membangun mezbah Tuhan di rumah tangga, dan sebagainya seringkali malah ingin ditawar dan berharap seandainya ada yang lebih mudah dari pada itu.

Bersyukur untuk pegawai-pegawai Naaman yang memberikan masukan yang baik kepada Naaman. Bahwa seandainya nabi Elisa menyuruh perkara yang sukar kepadanya, bukankah ia pun akan melakukannya? Apalah artinya dengan hanya mandi di sungai Yordan. Maka akhirnya turunlah Naaman membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Melalui pesan-Nya ini Tuhan sedang mengajarkan kepada kita umat-Nya tentang nilai ketaatan kepada Tuhan, dan harga sebuah penundukan kepada firman-Nya dan perintah-perintah-Nya, tanpa perlu menawarnya dengan sesuatu yang “lebih sulit” agar terlihat lebih rohani ataupun menukarnya dengan sesuatu yang “lebih mudah.”

Hormat dan takut kita akan Tuhan itu diukur bukan dari hal-hal tampilan luar yang dibuat seolah-olah sakti atau tampak terlihat agamis, namun dari seberapa kita taat dan tunduk pada kebenaran firman Tuhan dan perintah-perintah-Nya. Ini yang sedang Tuhan tekankan.

Hari-hari ini perkataan Tuhan atau firman Tuhan yang seharusnya di tempatkan di posisi teratas tidak jarang sudah ditaruh di tempat yang tidak semestinya. Kebenaran firman Tuhan di “down-grade” laludisetarakan dengan pendapat pribadi diri sendiri atau apa yang dirasa di hati sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Sadar bahwa ada perintah Tuhan, tetapi diri sendiri juga punya pendapat pribadi sebagai alternatif pilihan.

Tuhan ingin kita yang menyelaraskan diri kita dengan kehendak-Nya, perintah-Nya. Bukan Tuhan yang harus menyelaraskan kehendak-Nya dengan kehendak kita. Siapakah diri kita ini bukan?

Beberapa prinsip yang perlu kita pahami berkaitan dengan pesan Tuhan ini, dimana Tuhan mau kitalah yang menyelaraskan diri kita dengan apa yang menjadi kehendak-Nya, bukan sebaliknya. Ada banyak cara, Tuhan mau kita menggunakan cara-Nya Tuhan. Di antaranya adalah:

(1). Penundukan pada Tuhan dan perkataan-Nya adalah hal yang mutlak, bukan suatu pilihan

2 Raja-raja 5:14-15 (14) Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.

Mungkin masih dapat dimengerti apabila Naaman seorang Aram masih belum terbiasa dengan perkataan ilahi seperti perintah yang disampaikan oleh nabi Elisa agar ia membenamkan dirinya ke sungai Yordan. Itulah sebabnya, ia mencoba untuk menawar cara lain sekiranya boleh memilih membenamkan diri di sungai Abana dan Parpar di Damsyik saja yang airnya jauh lebih bersih. Namun bersyukur untuk pegawai-pegawai Naaman yang mengingatkan dirinya agar mengapa ia tidak memilih untuk taat saja. Dan Naaman pun melakukannya.

Sebaliknya, adalah tidak wajar sama sekali apabila kita sebagai orang percaya hari ini bersikap seperti Naaman di dalam meresponi perkataan ilahi. Seringkali terlalu banyak pertimbangan demi pertimbangan agar kalau boleh tidak melakukan dulu perintah Tuhan, atau mencoba untuk memberikan alternatif lain yang dirasa lebih nyaman untuk melakukannya. Padahal firman adalah firman, Pribadi Tuhan itu sendiri, dimana selayaknya ditempatkan di posisi teratas.

Kita tentu ingat kisah Yosua dan bangsa Israel ketika berhadapan dengan Yerikho dengan temboknya yang begitu tebal yang harus mereka taklukkan. Tentu di pikiran pihak Israel mereka memutar otak bagaimana cara mengatasi Yerikho. Namun Tuhan memberi solusi “berbeda” bahwa mereka cukup membentuk formasi barisan lalu berjalan mengitari kota itu satu hari satu putaran tanpa melakukan pertempuran. Yang Tuhan inginkan dari mereka hanyalah ketaatan. Dan itulah yang tepat mereka lakukan hari lepas hari tanpa berbantah-bantah. Luar biasa bukan?

Kemenangan mereka tidak bergantung pada kemampuan mereka atau rencana yang mereka buat dengan matang. Kemenangan mereka semata-mata bergantung pada ketaatan mereka yang tak tergoyahkan kepada Tuhan dan perkataan-Nya.

Mari jemaat Tuhan, situasi “mustahil” apa yang sedang kita hadapi hari-hari ini? Langkah-langkah ketaatan apa yang sedang Tuhan ingin kita ambil. Apabila itu merupakan arahan dari Tuhan, teruslah maju dan tetaplah percaya. Teruslah melangkah selangkah demi selangkah sesuai dengan firman-Nya. Kita tidak perlu memahami bagian “mengapa” Tuhan dalam menjalankan arahan-Nya. Namun, teruslah memilih untuk melakukannya. Pikirkanlah, bahwa cara Tuhan selalu yang terbaik. Rendahkanlah hati agar kita rela mengikuti cara-Nya daripada cara kita sendiri.

Tuhan Yesus memberkati!

Banyak Cara Tersedia, Gunakan Cara Tuhan! (Pesan Gembala, 4 Mei 2025)

| Warta Jemaat |
About The Author
-