09 September 2018 – Membersihkan Bejana Hati Kita

Yakobus 1:21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
 
Ada jenis papan peringatan yang terpampang di mana-mana yang sering kita baca, yaitu “Buanglah sampah pada tempatnya!”,  yang merupakan suatu pembelajaran bagi kita untuk hidup bermasyarakat yang teratur dan bersih. Sampah hanya mengeluarkan bau yang tidak sedap dan semakin ditumpuk semakin menjadi racun yang mengganggu kesehatan. Jika dalam kehidupan jasmani saja kita belajar hidup bersih dan sehat dengan cara membuang sampah, maka demikian juga halnya  kehidupan rohani kita. 
 
Apabila hendak menyimpan barang-barang berharga yang dimiliki, biasanya kita akan mencari ruangan yang baik dan aman terlebih dahulu. Lalu apa yang akan kita lakukan terhadap ruangan yang akan digunakan untuk menyimpan barang-barang berharga atau penting tersebut? Tentunya kita akan membersihkannya terlebih dahulu bukan? Sebelum kita menempatkan barang-barang berharga, maka segala barang rongsokan dan sampah-sampah yang tidak berguna yang sebelumnya menempati ruangan itu terlebih dahulu harus dikeluarkan dan dibuang, agar tersedia tempat yang leluasa untuk menyimpan barang-barang yang berharga tersebut.
 
Sekarang mari kita lihat ke dalam hati kita sebagai tempat penyimpanan yang selama ini mungkin telah diisi dengan berbagai hal, termasuk ada hal-hal yang kotor dan tidak berguna di dalamnya. Ketika kita mendengar firman Tuhan, yang sangat berharga, yang nilainya melebihi apapun juga, kita perlu menyimpannya di dalam lubuk hati kita, sehingga menyatu dengan kehidupan kita sehari-hari. Namun sebelum itu dilakukan kita perlu membersihkan “ruangan” atau bejana hati kita terlebih dahulu dari semua sampah yang menguasai dan telah menjadi kebiasaan serta gaya hidup selama ini. 
 
Jangan biarkan firman yang masuk tidak mendapat tempat untuk bertumbuh, dan jangan biarkan kekotoran dan kejahatan merintangi pertumbuhan iman kita. Yang kita butuhkan bukan sampah masa lalu yang menyakitkan hati, tetapi firman iman yang sanggup memberikan kekuatan dan kesegaran baru dalam hidup kita. Seperti yang tertulis: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam injil, karena injil adalah kekuatan Alah yang menyelamatkan setiap orang percaya …” (Rom. 1:16). 
 
Inilah pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Ada bejana hati yang sudah lama tidak kunjung dibersihkan. Bagaikan sebuah kolam yang di dalamnya berisi air kotor yang semakin lama semakin tinggi, lalu apakah yang harus dilakukan terhadap kolam atau wadah tersebut? Tidak ada jalan lain selain mengeluarkan seluruh isinya dan menggantinya dengan air yang bersih.Apabila tidak demikian, hal itu berarti kita sedang ‘memelihara’ sesuatu yang dapat berdampak buruk dalam kehidupan kita dan orang-orang di sekitar kita. Hanya melalui bejana hati yang bersih dan murnilah maka akan mudah bagi Tuhan untuk menaruhkan kehendak-Nya ke dalam hidup kita.
 
Sikap apa yang harus kita ambil agar bejana hati menjadi bersih dan murni?
 
(1). Dengan rendah hati membiarkan sang “Ahli Kebun” menata hati kita
 
Yak. 1:21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
 
(MSG.: … in simple humility, let our gardener, God, landscape you with the Word, making a salvation-garden of your life = dengan segala kerendahan hati, biarlah kita membiarkan Tuhan, sang Ahli Kebun, menata taman hati kita dengan Firman, sehingga menjadi taman keselamatan bagi hidup kita).
 
Apa yang biasa dilakukan seorang ahli kebun dalam membuat sebuah taman yang indah? Pertama-tama yang dilakukan adalah membuang segala jenis batu-batuan, ranting-ranting, kerikil serta tumbuh-tumbuhan liar yang sebelumnya bertumbuhan di lokasi taman yang akan dibentuk. Lalu kemudian mengganti tanah-tanah lama yang kering dengan tanah baru yang subur. Setelah itu barulah kemudian mengolah tanah tersebut dengan segala peralatan yang dimilikinya sambil memupukinya. Ketika tanah yang diolah terlihat gembur, barulah ia mulai menanaminya dengan berbagai tanaman bunga yang indah dan menarik. Lalu menatanya dan menyiraminya dengan air, hingga akhirnya menjadi sebuah taman yang indah.
 
Seperti itulah gambaran seorang “ahli kebun” yang adalah pribadi Tuhan Yesus sendiri ketika Ia menata “taman” hati kita. Kuncinya adalah kerendahan hati mempersilahkan Tuhan menyiangi hati kita dengan firman-Nya. Apapun kebenaran firman yang menemplak diri kita, maka kita siapkan diri untuk berubah dan menaatinya. Masa-masa penyiangan ini mungkin terasa tidak nyaman, namun percayalah sang “Ahli Kebun” itu tahu benar apa yang sedang Ia kerjakan.
 
(2). Dengan rendah hati membiarkan sang “Ahli Bedah” mengimplantasi hati kita
 
Yak. 1:21 … dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, …
 
(Amp.:  … and in a humble spirit receive and welcome the Word which implanted and rooted in your hearts …= … dan terimalah dengan roh kerendahan hati firman yang diimplantasi serta berakar di dalam hatimu, …)
 
Kata “tertanam” (Yun. emphutos) mengandung pengertian bahwa firman itu harus terimplantasi di dalam kehidupan setiap orang percaya, seperti seorang dokter ahli bedah yang akan melakukan operasi pencangkokan organ ke dalam tubuh pasiennya. Pertama-tama ia harus terlebih dahulu membedah tubuh si pasien untuk kemudian mengeluarkan organ lama yang sudah tidak berfungsi dengan baik, setelah itu barulah dokter memasangkan organ yang baru ke dalam tubuh sang pasien. Setelah melewati sekian lama masa transisi dan penyesuaian, barulah seluruh sistem di dalam tubuh si pasien mulai bekerja dengan baik.
 
Makna dari kata “tertanam atau terimplantasi” ini adalah bahwa setiap firman yang diterima setiap orang percaya bukanlah sekedar informasi yang hanya menambah pengetahuan otak saja, melainkan firman itu harus dihidupi sehingga menjadi bagian baru dari tabiat kita. Sebanyak firman yang kita hidupi, maka sebanyak itu pulalah kebenaran yang akan memengaruhi karakter dan kehidupan kita, sehingga pada akhirnya, di mana pun kita berada, dan dalam kondisi Spain yang dialami, entah baik atau buruk, maka kita senantiasa akan menjadi representasi yang baik dari Kerajaan Bapa kita di Sorga. 
 
Tuhan Yesus memberkati!

09 September 2018 – Membersihkan Bejana Hati Kita

| Warta Jemaat |
About The Author
-