Ketika Terjatuh ke Dalam “Air” (Pesan Gembala, 20 Juni 2021)

KETIKA TERJATUH KE DALAM “AIR”

Matius 14:30-33 (30) Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!”

Peristiwa Yesus berjalan di atas air tercatat di dalam Injil Matius, Markus dan Yohanes. Namun yang membuat Injil Matius berbeda adalah tercatatnya bagian dimana Petrus berjalan di atas air, lalu setelah sekian jauh melangkah ia terjatuh ke dalam air.

Kehadiran Yesus yang tiba-tiba pada jam tiga dini hari itu telah mengejutkan para murid yang saat itu sedang berjuang melawan angin sakal yang mengombang-ambingkan perahu mereka. Mereka mengira telah melihat hantu. Jadi para murid takut bukan semata-mata karena angin badai, tetapi juga karena kehadiran Yesus. Sebagai nelayan-nelayan yang berpengalaman bagi sebagian murid, hal-hal yang tak terduga yang kerap terjadi di danau Galilea adalah bagian dari pekerjaan mereka. Namun, melihat seseorang berjalan di atas air belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka menyaksikan bagaimana Yesus kemudian menenangkan keterkejutan hati mereka dan meyakinkan bahwa Dialah pribadi yang mampu mengendalikan kekuatan alam.

Petrus, salah seorang murid, kemudian “menantang” Yesus dengan berkata, “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Yesus mengundang Petrus untuk datang. Sesuatu yang luar biasa terjadi. Petrus bisa berjalan di atas air! Setelah berjalan sekian langkah, ia merasakan tiupan angin, kehilangan fokus dan takutlah ia dan mulai tenggelam. Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”

Yesus tidak memarahi Petrus karena tidak memiliki iman, melainkan bertanya mengapa ia ‘kurang percaya dan bimbang.’ Ini menunjukkan bahwa Petrus sebetulnya memiliki iman, dan itu telah dibuktikan dengan berani melangkahnya ia keluar perahu untuk mendapatkan Yesus, meskipun akhirnya ia terjatuh ke dalam air. Istilah “terjatuh ke dalam air” di masa sekarang tentu tidak selalu bermakna literal tercebur ke dalam air, namun bisa bermakna masuknya seorang percaya ke dalam sebuah situasi yang tidak mudah. Mungkin situasi yang menakutkan, mengejutkan atau bisa pula kondisi tubuh yang tidak nyaman oleh suatu sakit, dan lain-lain.

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita. Mungkin tidak sedikit orang percaya hari-hari ini melihat kondisi dirinya seperti kondisi yang dialami Petrus. Masuk ke dalam situasi yang tidak mudah sekaligus tidak menyenangkan. Melalui pesan ini, kita diingatkan bahwa hal ini bukanlah akhir dari segalanya. Apabila kita mau terus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan, maka kita akan melihat bahwa sesungguhnya banyak hal yang sedang Tuhan ajarkan dan lakukan. Bahkan kita akan melihat bagaimana Tuhan sedang membawa kita kepada pengenalan akan diri-Nya lebih lagi. Selesai dengan redanya gelombang badai yang dialami para murid, mereka dapat melihat Yesus dengan cara pandang yang lebih jelas lagi. Mereka melihat Yesus sebagai Anak Allah.

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan pesan Tuhan ini, di antaranya adalah:

(1). Jangan mengalihkan sedikitpun pandangan kita dari Tuhan

Mat. 14:30 Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!”

Ketika mendengar perkataan Yesus, yang mengatakan “datanglah!”, maka segeralah Petrus turun dari perahu dan tanpa banyak bertanya segeralah ia berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Yang luar biasa adalah, sekalipun bunyi deru badai masih begitu keras terdengar di sekitarnya dan sekalipun pemandangan masih begitu samar, namun Petrus melangkah sambil terus mengarahkan pandangannya kepada Yesus. Satu-satunya masalah yang dia alami waktu dia mencoba berjalan di atas air adalah berhenti memandang kepada Yesus. Akhirnya Petrus jatuh ke dalam air dan tengelam. Jadi, sekarang prinsipnya adalah apapun yang terjadi dan sampai kapan pun jangan pernah palingkan mata kita kepada hal yang lain, terus tujukan pandangan mata kita kepada-Nya.

Apa yang membuat Petrus jatuh? Bukan semata-mata karena ia merasakan tiupan angin besar ke arahnya, namun ketika ia ‘melihat’ tiupan angin. Bagaimana mungkin seseorang bisa melihat tiupan angin? Kata ‘dirasanya’ (Yun. Blepo) bermakna mata yang melihat atau menggunakan mata jasmani dari pada mata rohani. Apa yang dilihat Petrus? Sambil melangkahkan kakinya ke arah Yesus, ia melihat hasil perbuatan angin sakal yang mungkin telah memporakporandakan banyak hal. Dan akibatnya, menjadi takutlah ia. Hari-hari ini kita banyak diperhadapkan dengan berbagai pemandangan yang mencemaskan di sekitar kita atau mungkin berita-berita yang mengerikan, namun jangan membuat hal-hal tersebut mengalihkan pandangan mata kita dari Tuhan.

(2). Jangan puas dengan posisi iman kita hari ini

Matius 14:31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”

Yesus tidak memarahi Petrus karena tidak memiliki iman, melainkan hanya menyayangkan mengapa ia ‘kurang percaya dan bimbang.’ Ini menunjukkan bahwa Petrus sebetulnya memiliki iman, dan itu telah dibuktikan dengan berani melangkahnya ia keluar dari perahu untuk mendapatkan Yesus, meskipun akhirnya ia terjatuh ke dalam air. Tindakan Petrus yang berani keluar dari perahu dan berjalan di atas air ini sangat menarik perhatian Yesus, dibandingkan dengan tindakan yang dilakukan oleh murid-murid yang lain, yang sama sekali tidak berani bertindak apa-apa, kecuali bersembunyi di dalam perahu. Dari sini kita dapat melihat bahwa iman yang dimiliki seseorang akan berjalan seiring dengan peristiwa-peristiwa yang akan menyertainya.

Tidak berimannya murid-murid yang lain, hanya akan membawa mereka kepada hal-hal yang biasa, yaitu hal-hal umum yang biasa dialami oleh orang-orang pada umumnya. Berimannya Petrus, telah membuat perbedaan yang signifikan dalam dirinya dibandingkan dengan rekan murid-murid yang lain. Iman telah membawa diri seseorang kepada perkara yang jauh lebih besar. Bayangkan belum pernah ada orang biasa yang dapat berjalan di atas air selain Petrus. Namun sayangnya, imannya masih belum cukup besar untuk membawanya tiba di posisi yang dikehendaki Yesus. Iman yang stagnan mudah sekali menjadikan seseorang menjadi bimbang hati. Perhatikan kondisi yang terjadi hari-hari ini, sangat terlihat sekali peningkatan “gelombangnya.” Apabila orang percaya tidak ikut meningkatkan posisi imannya, maka sulit untuk bisa berjalan mengatasi gelombang yang terjadi. Bahkan tidak mustahil akan membuat dirinya mudah menjadi bimbang dan terjatuh.

Mari jemaat Tuhan, di tengah “deru gelombang” yang sedang berlangsung hari-hari ini janganlah membuat fokus pandangan kita menjadi mudah teralihkan. Tetap arahkan pada Tuhan dan apa yang sedang Tuhan lakukan. Ingat, bahwa Tuhan punya rencana yang besar dalam hidup kita. Dibutuhkan iman yang bertumbuh aktif untuk dapat mencapainya.

Tuhan Yesus memberkati!

Ketika Terjatuh ke Dalam “Air” (Pesan Gembala, 20 Juni 2021)

| Warta Jemaat |
About The Author
-